Oleh : dr. Susatyo Pramono Hadi, Sp.S
Stroke merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan diikuti oleh penyakit cancer. Disamping itu stroke merupakan penyebab kecacatan terbanyak dibanding penyakit lain. Pada kenyataannya stroke bias menurunkan tingkat independency dan quality of life (QOL) penderitanya. Gangguan fungsi seksual adalah termasuk bagian dari QOL pasien pasca stroke baik laki – laki maupun perempuan. Gangguan fungsi seksual ini sering kali luput dari pengamatan para dokter dan juga sering tidak dilaporkan oleh pasien.
Fungsi Seksual
Fungsi seksual melibatkan suatu proses yang kompleks yang melibatkan susunan saraf pusat dan saraf tepi, serta saraf-saraf somatic dan otonom (bias dikendalikan) bekerja otomatis/ tidak bias dikendalikan. Stroke sudah dikenal menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi seksual, meliputi beberapa hal : penurunan rangsang seksual, meningkatkan atau menurunkan gairah seseorang, penurunan tingkat kepuasan seksual. Stroke bias mempengaruhi penurunan libido, fungsi ereksi dan ejakulasi yang memburuk. Berkurangnya libido bervariasi dari 17% hingga 42%. Jadi tidak benar jika ada yang mengatakan stroke tidak mempengaruhi fungsi seksual pasiennya.
Penanganan
Penanganan pasien-pasien pasca stroke, para dokter perlu mengevaluasi fungsi seksual pasiennya karena adanya masalah gangguan seksual pada pasien pasca stroke bisa menyebabkan penanganan yang tidak tuntas. Masalah disfungsi seksual pasien pasca stroke jarang dideteksi karena pasien tidak mengeluhkan hal tersebut.
Stroke dengan sumbatan pembuluh darah otak tengah kanan (artericerebri media kanan) bias menjadi salah satu munculnya gangguan disfungsi seksual walaupun gangguan disfungsi seksual pasien stroke juga bias dipengaruhi oleh factor psikologis dan organik.
Penanganan disfungsi seksual pasca stroke akan lebih baik apabila melibatkan tim dokter yang terdiri dari neurologist, psychiatrist, dan urologist. Prinsipnya penanganan disfungsi seksual pasien pasca stroke sama dengan pengobatan disfungsi seksual pada umumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pasien pasca stroke baik laki-laki maupun wanita tetap bias menikmati hubungan seksual bersama pasangannya dan bias berkonsultasi dengan dokter spesialis jika ada masalah tersebut.