Archives Januari 2017

WASPADA KANKER PAYUDARA

Oleh : dr. ROSSICH ATAQI, Sp.B

Di Indonesia, kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah kanker leher rahim. Usia terbanyak yang terkena kanker payudara pada wanita mulai dari 35-45 tahun. Beberapa faktor risiko pada wanita yang terkena kanker payudara adalah:

  1. Usia lebih dari 30 tahun dan akan bertambah setelah 50 tahun dan setelah menopause
  2. Tidak kawin atau menikah dengan usia lebih dari 35 tahun
  3. Usia melahirkan anak pertama lebih dari 35 tahun
  4. Mempunyai anak tetapi tidak menyusui
  5. Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun
  6. Menopause datang terlambat (lebih dari 55 tahun)
  7. Riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara atau kanker lainnya dari jalur ibu
  8. Pernah mengalami infeksi, trauma, operasi tumor jinak payudara, operasi tumor kandungan
  9. Pernah mengalami radiasi dinding dada berulang kali (rontgen dada berkali-kali)

Gejala yang muncul adalah didapatkannya benjolan di payudara, tidak nyeri, awalnya dapat bergerak lama kelamaan melekat dengan jaringan di sekitarnya, benjolan semakin bertambah besar, keluar cairan dari sekitar puting payudara, luka yang tidak sembuh-sembuh di sekitar puting, kulit payudara seperti kulit jeruk, puting tertarik ke dalam, bisa disertai dengan timbulnya benjolan di ketiak.

Pemeriksaan USG payudara dan mammografi hanya merupakan penunjang dalam menegakkan diagnosis. Diagnosa pasti kanker payudara adalah dengan pemeriksaan patologi anatomi, dengan cara benjolan tersebut dilakukan operasi (diambil) kemudian diperiksa di laboratorium patologi anatomi. Kanker payudara akan menyebar ke paru-paru (sesak napas dan batuk), kepala (nyeri kepala), hati (rasa penuh di perut /“mbeseseg”), tulang belakang, paha, menurunkan daya tahan tubuh, menurunkan nafsu makan.

Gejala kanker payudara dapat diketahui secara dini dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang dilakukan seminggu setelah menstruasi dengan cara meraba seluruh bagian payudara secara merata kanan dan kiri, terutama pada wanita di atas usia 35 tahun. Bila menemukan benjolan sekecil apapun dan tidak nyeri harus diwaspadai sebagai gejala awal kanker payudara. Oleh karena itu segera konsultasikan ke dokter bedah anda.

MENDENGKUR ATAU NGOROK , JANGAN DIANGGAP BIASA

Oleh : dr. Luluk Adipratikto, Sp. P

NGOROK ternyata bisa merupakan sebuah gangguan atau penyakit yang disebut dengan OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) artinya henti napas sementara sewaktu tidur. Selanjutnya dalam artikel ini disebut OSA. Sejak 50 tahun terakhir ini OSA menjadi perhatian para peneliti di bidang kedokteran.

Ternyata OSA merupakan sebuah gangguan tidur yang tidak terdeteksi dan tidak terobati. OSA terjadi karena penyempitan saluran napas secara periodik saat tidur, penyempitan saluran napas dapat diakibatkan oleh melemahnya otot pernapasan, kelebihan jaringan saluran napas atau kelainan anatomi saluran napas dan rahang. Akibatnya meskipun rongga dada kembang kempis untuk menghirup, udara tidak ada yang dapat lewat, napas terhenti. Kondisi ini berlangsung berulang kali sepanjang malam dan setiap kalinya bisa berlangsung selama 10-60 detik. Makin sering terjadi henti napas, penderita OSA semakin sering terjaga, keadaan ini mengganggu proses tidur hingga terpotong-potong sehingga orang yang menderita OSA saat setelah bangun tidur tidak merasa segar.

Dua gejala utama OSA adalah mendengkur dan kantuk berlebih. Kedua gejala ini amat nyata namun sering kali dianggap wajar. Masyarakat tidak pernah menghubungkan rasa kantuk berlebih dan mendengkur, sehingga ketika berkunjung ke dokter pun mereka tidak dapat mengungkapkan keluhan secara tepat. Tak heran jika OSA menjadi penyakit yang banyak diderita namun tidak terdeteksi.

Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada pasien OSA seperti Sakit kepala di pagi hari, sering kencing malam hari, tersedak ataupun rasa kehabisan nafas saat tidur, kualitas tidur yang kurang nyenyak, sleep state misperception, insomnia, mulut terasa kering saat terbangun, konsentrasi terganggu, daya ingat menurun, mudah marah, emosional, hipertensi, nyeri dada di waktu malam. depresi, kelebihan berat badan (obesitas), masalah seksual penurunan nafsu seks sampai impotensi OSA yang berlangsung lama akan mengakibatkan komplikasi seperti hipertensi dan penyakit jantung.

Tidak semua NGOROK termasuk OSA, bagaimana menentukan seseorang menderita OSA? Dengan melakukan pemeriksaan analisis tidur (Sleep Study), dengan menggunakan alat yang disebut Polysomnograph, alat ini akan merekam perubahan gelombang otakgerakan bola mata, gerakan badan, kandungan oksigen darah, ketegangan otot, irama jantung dan pernapasan saat tidur. Hasil pemeriksaan PSG ini dapat menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan. OSA dapat dicegah dengan menurunkan berat badan, berpindah posisi tidur, hindari kopi, makanan berat terutama 2jam menjelang tidur dan hindari obat penenang.