Archives Februari 2018

GANGGUAN KECEMASAN

Oleh : dr. Agung Kadarman Stefanus, Sp.KJ

Perasaan kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Kecemasan pada dasarnya bukan merupakan gangguan. Kecemasan ini merupakan sinyal yang menyadarkan. Ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam, sehingga dalam banyak hal ia justru mampu meningkatkan kewaspadaan dan membuat tubuh bersiap melakukan suatu tindakan untuk mengatasi ancaman.

Kecemasan ini harus dibedakan dengan ketakutan. Keduanya sama-sama sinyal yang menyadarkan, tetapi rasa takut merupakan respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, bersifat eksternal (dari luar), jelas dan bukan bersifat konflik. Kecemasan merupakan respon dari suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, bersifat internal (dari dalam), samar-samar dan bersifat konflik.  Kecemasan mengacu pada antisipasi terhadap kekhawatiran akan masa depan (sesuatu yang belum tentu terjadi).

Kecemasan Menjadi Gangguan

Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Secara umum, kecemasan itu dikatakan menyimpang bila rasa cemas atau takut tidak proporsional atau berlebihan, sehingga individu tidak mampu meredam  (merepresi) rasa cemas tersebut, di mana kebanyakan orang akan mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti. Kecemasan ini berlangsung hampir setiap hari selama 6 bulan atau lebih dan menimbulkan gangguan pada individu untuk berfungsi secara  normal. Gangguan fungsi kehidupan sehari-hari ini  bermanifestasi dalam gejala penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

 Gejala Umum Gangguan Kecemasan

Setiap individu  mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-masing individu. Beberapa gejala yang muncul tidak sama. Pada individu tertentu satu gejala menonjol, tetapi pada individu yang lain gejala tersebut kadang tidak mengganggu. Beberapa gejala yang sering muncul :

  1. Perasaan cemas atau kuatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan  individu tidak mampu beristirahat dengan tenang (inability to relax).

1). Ketegangan motorik : kedutan otot atau rasa gemetar, otot tegang/kaku/pegal linu, tidak bisa diam, mudah lelah.

           2). Hiperaktivitas otonomik : Nafas pendek/ terasa berat, Jantung berdebar-debar, telapak tangan basah, mulut kering, kepala pusing/ melayang, mual, mencret, perut tidak enak, muka panas/badan menggigil, buang air kecil lebih sering, sukar menelan/ rasa tersumbat.

3). Kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang : perasaan jadi peka/ mudah ngilu, mudah kaget/terkejut, sulit konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung.

  1. Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiata

FAKTOR PENCETUS MIGREN

Oleh : dr. SUSATYO PRAMONO HADI, Sp. S

Migren sudah dikenal secara luas di kalangan masyarakat karena banyak yang sudah mengalaminya. Gejala khas : nyeri kepala berdenyut yang bersifat sesisi (separoh) dengan nyeri yang cukup mengganggu aktifitas sehari-hari. Migren bisa terjadi karena adanya gangguan pada pembuluh darah di dalam kepala, sehingga selain menimbulkan nyeri kepala bisa juga disertai dengan gejala lain seperti : mual, muntah, photophobia(takut cahaya) dan phonophobia (takut suara).

Karena serangan migren sering berulang-ulang, maka kita perlu mengenali pemicunya, antara lain :

  • Stress
  • Suara bising
  • Kelelahan
  • Hormonal
  • Gangguan tidur
  • Cuaca
  • Alkohol
  • Cahaya yang menyilaukan
  • Bau-bauan tertentu
  • Lapar

Dengan demikian, selain minum obat anti migren, kita perlu menghindari faktor pemicu migren diatas.

ERUPSI OBAT ALERGIK

 

Oleh : dr. Endang Soekmawati, Sp.KK

 

Merupakan reaksi alergi pada kulit atau kulit dan selaput lendir, yang disebabkan obat. Obat adalah zat yang dipakai untuk mendiagnosis, mencegah dan mengobati termasuk jamu dan herbal.

Erupsi obat alergik berkisar dari gejala ringan sampai berat / mengancam jiwa. Makin modern, makin banyak obat/jamu/herbal dikonsumsi manusia, maka kejadian erupsi obat alergik makin banyak terjadi.

Masyarakat perlu mewaspadai hal tersebut bila terdapat gejala-gejala sebagai berikut :

  1. Makulopapuler / morbiliformis: bercak/bintik merah menyebar
  2. Urtikaria / angioudem = bidur/kaligata

Bila disertai angioudem/pembengkakan harus diwaspadai terutama bila sekitar saluran nafas membengkak karena dapat terjadi sumbatan saluran nafas.

  1. Fixed Drug Eruption : Sekitar mulut, penis (kadang di bagian tubuh lain) kemerahan / lepuh / lecet / lonjong / bulat, terasa panas.
  2. Eritroderma : hampir seluruh kulit kemerahan kemudian akan disertai sisik.
  3. Purpura / vaskulitis : Bintik kemerahan tidak hilang pada penekanan pada vaskulitis teraba penonjolan di bintik tersebut.
  4. Fotoalergik : kulit kemerahan di area terpajan matahari.
  5. PEGA (Pustulosis Exantema Generalisata Akut) : bintik bernanah dalam jumlah banyak.
  6. Steven Johnson Syndrom

Gejala di kulit (merah, lepuh, lecet), di mata (merah, keluar cairan/kotoran) dan lubang tubuh (mulut, kemaluan, anus lepuh, lecet)

  1. Toxic epidermal Necrolysis : pengelupasan kulit secara luas.

Bila menemukan gejala-gejala tersebut setelah konsumsi obat/jamu/herbal, masyarakat dapat segera mencari pertolongan medis terdekat agar kejadian tidak memburuk. Terima kasih, semoga bermanfaat.

ANCAMAN KEBUTAAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

Oleh : dr. Djoko Heru Santosa, Sp.M

Penderita DM (Diabetes Mellitus) makin lama bertambah banyak jumlahnya, di mana komplikasi dari DM bisa mengenai beberapa organ tubuh, antara lain : Mata, ginjal, jantung, syaraf.

Pada penderita DM yang tidak terkontrol kadar gulanya makin mudah mengalami komplikasi pada mata, antara lain :

  1. Retinopati DM :

Pada penderita DM yang pertama mengalami gangguan adalah pembuluh darah kapiler (mikro angiopati). Dimana pembuluh darah tersebut mengalami penyempitan, sehingga nutrisi ke jaringan syaraf mata (Retina) akan terganggu, dan akhirnya fungsi penglihatannya akan menurun. Dan dapat berakhir menjadi kebutaan.

  1. Glucoma Neovasculer :

Pada penderita DM yang sudah lama (Kronis) dengan kadar gula darah yang tidak stabil, maka akan mudah terbentuk pembuluh darah baru (Neovaskuler) pada jaringan iris. Akibatnya aliran cairan di dalam bola mata akan terganggu, Akhirnya mata terasa kemeng, cekot – cekot, penglihatan kabur dan terjadi kebutaan.

  1. Katarak :

Pada penderita DM (Diabetes Mellitus) akan mempercepat proses terjadinya katarak. Dengan adanya katarak maka penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan (Kabur). Yang apabila tidak segera dilakukan tindakan operasi katarak akan berakhir dengan kebutaan.

  1. Perubahan Refraksi Sementara :

Pada penderita DM yang masih stadium awal, dengan adanya kenaikan kadar glucosa yang tinggi ( lebih 400 mg % ) maka akan mempengaruhi indek refraksi. Sehingga penderita akan mengalami gangguan penglihatan secara mendadak. Tetapi tidak disertai rasa sakit. Hal ini bisa di atasi dengan pemakaian / koreksi kaca mata bila kadar gulanya sudah kembali turun (normal) maka penderita dapat melihat jelas kembali tanpa kaca mata.

KESIMPULAN : Untuk menghindari adanya ancaman kebutaan pada penderita DM maka dianjurkan untuk kontrol gula darah secara teratur dan periksa ke dokter spesialis mata.