PPID RSUD dr. Loekmono Hadi

Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat

Sehat dengan Berpuasa dan Tetap Sehat Setelah Lebaran

Oleh : dr. Agustin Faizah, Sp.GK

 

Puasa adalah terapi pengobatan alami paling tua yang tak lenyap ditelan zaman. Hal tersebut dapat dibuktikan secara ilmiah/medis. Puasa yang bagaimana yang menghasilkan tubuh menjadi sehat? Berpuasa Ramadhan berarti menahan makan dan minum selama +/- 14 jam sehari selama 30 hari. saat tidak berpuasa kita makan 3 kali sehari bahkan sering lebih, sedang saat puasa normalnya hanya 2 kali sehari. Secara fisik, puasa mengistirahatkan organ-organ yang berkaitan dengan pencernaan (lambung, usus, pankreas, empedu , dan liver/hati). Hati adalah organ pencernaan yang aktifitas metaboliknya paling tinggi, berfungsi sebagai gudang penyimpanan dan distributor zat-zat makanan yang diperlukan sel-sel tubuh kita, serta mengendalikan keluar masuknya racun pada tubuh kita. Mengurangi jumlah dan frekwensi makan menyebabkan hati lebih aktif dan leluasa melakukan  pembuangan racun (detoksifikasi) dari dalam tubuh sehingga sel tubuh bisa memperbaiki diri dan meningkatkan fungsinya secara optimal. Namun semua itu tidak akan optimal jika pola makan selama ramadhan tidak benar. Pola makan yang menimbulkan makanan tidak tercerna, akan menyebabkan penumpukan makanan tak tercerna dalam usus besar (kolon). Ampas akan dipadatkan ke dinding kolon, sehingga produksi mukus meningkat. Mukus memang dibutuhkan dalam proses pembuangan, tetapi jika terbentuk secara berlebihan akan menjadi kerak dan bersama dengan ampas yang sudah mengeras akan membusuk menghasilkan gas toksik yang akan terserap ke dalam darah melalui poros-poros dinding usus, ikut sirkulasi darah sampai ke sel-sel jaringan dan sewaktu-waktu bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

Apa yang menyebabkan makanan tidak tercerna? Langsung menyantap makanan berat saat berbuka puasa, kombinasi jenis makanan yang terlalu beragam, komposisi dan jenis makanan yang tidak memperhitungkan keseimbangan asam-basa tubuh (tinggi kalori dan lemak serta kurang sayur dan buah), makanan kurang lama dikunyah. Semua faktor diatas sering terjadi pada kebanyakan orang yang menjalankan puasa karena ingin balas dendam setelah menahan haus dan lapar.

Setelah berpuasa sepanjang hari, laju metabolisme berada pada titik yang cukup rendah. Itu adalah proses alami penghematan energi pada tubuh. Begitu kita mengisi perut, laju metabolisme tidak otomatis naik. Akibatnya sebagian besar makanan tidak tercerna dengan baik. Awali buka puasa dengan makanan yang tidak membutuhkan proses pencernaan yang lama tapi bisa cepat mengembalikan energi, seperti kurma. Gula atau makanan manis memang paling cepat memasok energi, tetapi energi dari gula atau karbohidrat yang diproses sifatnya instan atau sesaat. Laju metabolismenya dalam otak terlalu cepat sehingga cepat pula menimbulkan rasa lesu. Lakukan hal yang sama untuk sahur. Awali dengan makan buah secukupnya. Sesudah itu kalau masih ada ruang di lambung boleh diisi sedikit makanan lagi. Sahur tidak perlu makan berlebihan. Makan kekenyangan justru membuat kita cepat lesu,. akibat metabolisme gula dalam darah tidak stabil. Jangan lupa saat puasa laju metabolisme tubuh kita akan turun. Berarti makanan yang begitu banyak kita makan saat sahur tidak tercerna sempurna, akhirnya sebagian membusuk dan sebagian lagi terfermentasi. Makanan rusak menghasilkan gas yang menyebabkan kembung atau sakit maag dan sakit kepala.

Lebaran Sehat

Setelah sebulan berpuasa, biasanya seseorang akan lupa diri saat lebaran. Aneka sajian lezat langsung disantap. Nah, jika tidak dibatasi, efeknya tidak baik untuk kesehatan terutama bagi yang menjalankan diet. Sajian ketupat dengan opor dan sambal goreng menjadi menu favorit setiap keluarga saat Lebaran. Belum lagi kue-kue yang berjajar dimeja ruang tamu menggoda untuk dicicipi. Diperlukan kebijakan berpikir sebelum menyantapnya. Semua makanan yang terhidang saat lebaran umumnya mengandung lemak dan kalori yang sangat tinggi. Oleh karena itu harus dibatasi saat menyantapnya. Bukannya tidak boleh menyantap semua masakan, tapi harus tetap ingat porsi idealnya. Sayangkan, setelah tubuh kita mengalami pembersihan/detoksifikasi selama sebulan berpuasa, tiba-tiba dipenuhi lagi oleh makanan yang kurang seimbang nilai gizinya. Selain itu laju metabolism tubuh yang sudah terbiasa berpuasa akan menurun sehingga apabila makan dalam jumlah yang banyak dan tidak seimbang maka sebagian besar makanan tersebut tidak akan tercerna dengan baik. Banyak penyakit akibat gangguan pencernaan maupun gangguan metabolisme yang muncul setelah itu (diare, maag, sembelit, hipertensi, hiperkolesterol, hipertrigliserida, kadar gula darah naik, dll). Mempertahankan pola makan dengan prinsip gizi seimbang seperti saat berpuasa sebulan dengan menjalankan puasa syawal dan puasa sunnah lainnya selama setahun kedepan adalah sangat dianjurkan dan bermanfaat untuk menjaga kesehatan selain mendapatkan pahala. Semoga dengan berpuasa wajib selama ramadhan dan puasa sunnah setelahnya kita bisa mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar.

Updated: 13 Juni 2017 — 06:05

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
PPID RSUD dr Loekmonohadi © 2023 Frontier Theme